Dalam tataran teori, pendidikan karakter
sangat menjanjikan bagi menjawab persoalan pendidikan di Indonesia.
Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam penerapannya.
Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah
program yang terukur pencapaiannya.
Bicara
mengenai pengukuran artinya harus ada alat ukurnya, kalau alat ukur
pendidikan matematika jelas, kasih soal ujian jika nilainya diatas
strandard kelulusan artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan pendidikan
karakter?
Jika diberi soal mengenai pendidikan
karakter maka soal tersebut tidak benar-benar mengukur keadaan
sebenarnya. Misalnya, jika anda bertemu orang yang tersesat ditengah
jalan dan tidak memiliki uang untuk melanjutkan perjalananya apa yang
anda lakukan?
Untuk
hasil nilai ujian yang baik maka jawabannya adalah menolong orang
tersebut, entah memberikan uang ataupun mengantarnya ke tujuannya.
Pertanyaannya, apabila hal ini benar-benar terjadi apakah akan terjadi
seperti teorinya? Seperti jawaban ujian? Lalu apa alat ukur pendidikan
karakter? Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator
perilaku yang dikehendaki.
Misalnya, mengamati seorang siswa di kelas
selama pelajaran tertentu, tentunya siswa tersebut tidak tahu saat dia
sedang di observasi. Nah, kita dapat menentukan indikator jika dia
memiliki perilaku yang baik saat guru menjelaskan, anggaplah
mendengarkan dengan seksama, tidak ribut dan adanya catatan yang
lengkap. Mudah bukan?
Dan ini harus dibandingkan dengan beberapa
situasi, bukan hanya didalam kelas saja. Ada banyak cara untuk mengukur
hal ini, gunakan kreativitas anda serta kerendahan hati untuk belajar
lebih maksimal agar pengukuran ini lebih sempurna.
Download