Kamis, 03 Agustus 2017

ORANG TERBAIK ADALAH MEMBERIKAN MANFAAT BAGI ORANG LAIN


Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Adullah Al-Kadlrami ia berkata Ali bin Bahram berkata Abdul Malik bin Abi Kariimah berkata dari Ibnu Juraij, dari Atha' dari Jaabir, Rasulullah SAW

bersabda "...Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia..." [HR. Thabrani dalam Al-Ausath]

Derajat Hadits
Hadits di atas berpredikat hasan. Selain diriwayatkan oleh Thabrani seperti di atas, matan hadits
senada juga diriwayatkan Al-Baihaqi, Ad-Daruquthni dalam Al-Afrath, Al-Askari dalam Al-Amtsal, Ibnu Abi Dunya dalam Qadhaail Jawaa'iz.

Syarah/Penjelasan Hadits
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dalam kondisi yang sama derajatnya; apakah ia seorang Arab atau seorang 'Ajam. Baik ia berkulit putih, coklat, maupun hitam. Demikian juga suku bangsa tidak membuat seseorang bernilai berbeda di sisi Allah SWT. Lalu bagaimana seseorang bisa menjadi lebih baik dari orang lain? Islam adalah agama yang tidak sekedar mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya (hablumminallah) tetapi juga mengatur hubungan dengan sesama manusia (hablumminannas). Dua hal itu juga menjadi dasar dalam penentuan kualitas manusia di sisi Allah SWT. Maka, hadits di atas menjelaskan bahwa manusia terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.

Pernah juga Rasulullah SAW ditanya tentang manusia terbaik, maka beliau menjawab dengan jawaban yang sama. Dari Ibnu Abbas RA ia berkata: Rasulullah SAW ditanya: "Siapakah orang terbaik?" Beliau menjawab :

"Yang paling bermanfaat bagi sesama manusia" [Ittihaaf Al-Khairat Al-Mihrah bi Zawaa'id Al-Masaanid Al-'Usyrah juz 5 hlm.191]

Bahkan jika kita mentadabburi Al-Qur'an, kita akan mendapatkan sebuah ayat yang menjadi permisalan bagi eksistensi sesuatu yang ditentukan oleh kemanfaatannya bagi manusia. Allah SWT berfirman :

"..Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi
manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi..." [QS. Ar-Ra'd : 17]

Tentu saja manfaat dalam hadits ini sangat luas. Manfaat yang dimaksud bukan sekedar manfaat materi, yang biasanya diwujudkan dalam bentuk pemberian harta atau kekayaan dengan jumlah tertentu kepada orang lain. Manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain bisa berupa :

1. Ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum/dunia;
Manusia bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan ilmu yang dimilikinya. Baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Bahkan, seseorang yang memiliki ilmu agama kemudian diajarkannya kepada orang lain dan membawa kemanfaatan bagi orang tersebut dengan datangnya hidayah kepada-Nya, maka ini adalah keberuntungan yang sangat besar; lebih besar dari unta merah yang menjadi simbol kekayaan orang Arab.

"Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang melalui dirimu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah" [HR. Bukhari]

Ilmu umum yang diajarkan kepada orang lain juga merupakan bentuk kemanfaatan tersendiri. Terlebih jika dengan ilmu itu orang lain mendapatkan life skill (keterampilan hidup), lalu dengan life skill itu ia mendapatkan nafkah untuk sarana ibadah dan menafkahi keluarganya, lalu nafkah itu juga anaknya bisa sekolah, dari sekolahnya si anak bisa bekerja, menghidupi keluarganya, dan seterusnya, maka ilmu itu menjadi pahala jariyah baginya.

"Jika seseorang meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu
yang manfaat, dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya" [HR. Muslim]

Ilmu yang bermanfaat dalam hadits di atas bukan sekedar ilmu agama, tetapi juga bisa ilmu umum seperti contoh di atas.

2. Materi (Harta/Kekayaan)
Manusia juga bisa memberikan manfaat kepada sesamanya dengan harta/kekayaan yang ia punya. Bentuknya bisa bermacam-macam. Secara umum mengeluarkan harta di jalan Allah itu disebut infaq. Infaq yang wajib adalah zakat. Dan yang sunnah biasa disebut shodaqah. Memberikan kemanfaatan harta juga bisa dengan pemberian hadiah kepada orang lain. Tentu, yang nilai kemanfaatannya lebih besar adalah yang pemberian kepada orang yang paling membutuhkan. "Setiap mukmin wajib bershodaqah" [HR. Bukhari]

3. Tenaga/Keahlian
Bentuk kemanfaatan berikutnya adalah tenaga. Manusia bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan tenaga yang ia miliki. Misalnya jika ada perbaikan jalan kampung, kita bias memberikan kemanfaatan dengan ikut bergotong royong. Ketika ada pembangunan masjid kita bias membantu dengan tenaga kita juga. Saat ada tetangga yang kesulitan dengan masalah kelistrikan sementara kita memiliki keahlian dalam hal itu, kita juga bisa membantunya dan memberikan kemanfaatan dengan keahlian kita.

4. Waktu/perhatian
Adakalanya kemanfaatan yang diperlukan seseorang bukan lagi masalah harta atau keahlian tertentu, tetapi ia butuh teman atau orang yang mau memperhatikannya. Ini bisa terjadi pada orang tua (kakek/nenek) yang tidak memiliki famili. Meskipun ia kaya raya dan secara materi tercukupi tetapi ia membutuhkan perhatian orang lain. Bisa juga seorang sahabat yang sedang ditimpa musibah, sering kali ia membutuhkan perhatian dan waktu kita lebih dari materi apapun.

5. Sikap yang baik
Sikap yang baik kepada sesama juga termasuk kemanfaatan. Baik kemanfaatan itu terasa langsung ataupun tidak langsung. Maka Rasulullah SAW memasukkan senyum kepada orang lain sebagai shadaqah karena mengandung unsur kemanfaatan. Dengan senyum dan sikap baik kita, kita telah mendukung terciptanya lingkungan yang baik dan kondusif. Kita juga telah memperkuat jiwa orang lain; baik disadari atau tidak. Maka hadits pada poin 2 di atas ada kelanjutannya sebagai berikut :

Semakin banyak seseorang memberikan kelima hal di atas kepada orang lain -tentunya orang yang tepat- maka semakin tinggi tingkat kemanfaatannya bagi orang lain. Semakin tinggi kemanfaatan seseorang kepada orang lain, maka ia semakin tinggi posisinya sebagai manusia menuju "manusia terbaik".

Selain disebutkan Rasulullah sebagai manusia terbaik, orang yang bermanfaat bagi orang lain juga disebutkan dalam hadits sebagai orang yang dicintai oleh Allah. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman Asy-Syafii, berkata kepada kami Al-Qasim bin Hasyim As-Samsar, ia berkata : telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Qais Adl-Dlibbi, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Sukain bin Siraj, berkata kepada kami Amr bin Dinar, dari Ibnu Umar bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, maka ia bertanya: "Ya
Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai Allah? Dan apakah amal yang paling dicintai Allah azza wa jalla?" Rasulullah SAW bersabda : "Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain..." [HR. Thabrani dalam Mu'jam Al-Kabir li Ath-Thabrani juz 11 hlm.84]

Pada hadits di atas ada perawi Sukain bin Siraj. Al-Haitsami menilainya sebagai perawi dhaif, Ibnu Hibban juga menilai Sukain bin Siraj dhaif, bahkan Imam Bukhari menilai sebagai mukarul hadits. Meskipun hadits ini dhaif, tetapi ia ada dalam banyak riwayat. Sehingga bisa dijadikan
penguat/pendukung bagi hadits hasan yang kita bahas di atas. Hadits lain yang dimaksud adalah
sebagai berikut :

Dari Ibnu Umar ia berkata : Seseorang bertanya : "Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?" Rasulullah menjawab: "Yang paling bermanfaat bagi sesama manusia" [Jamii'ul ahaadits juz 36 hlm.422]

"Orang yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla adalah yang paling bermanfaat bagi sesama
manusia" [Majmu'ad Az-Zawaaid wa Manii'u Al-Fawaaid juz 8 hlm.121]

Pokok-pokok Kandungan Hadits
1. Orang yang terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain
2. Orang yang bermanfaat bagi orang lain termasuk golongan orang yang dicintai Allah SWT
3. Manusia hendaklah memberikan kemanfaatan kepada sesamanya baik berupa ilmu, materi/harta,
4. tenaga/keahlian, waktu/perhatian, dan sikap yang baik.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Pesan